nusakini.com - Jakarta - Memasuki musim panen di beberapa sentra produksi turut mempengaruhi harga di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) Rp. 200 - Rp. 300, hal ini disampaikan Arief Prasetyo Adi Dirut Food Station Tjipinang Jaya. 

Arief menyampaikan bahwa stok beras di Cipinang saat ini 26.000 ton dan pasokan masih berada di kisaran 300 ton perhari. "Kan sentra produksi sekarang memasuki panen dan pedagang sekarang pada melepas stoknya karena mulai panen. Pedagang ingin melepas stok untuk digantikan stok baru", papar arief, Sabtu (27/1/2018)

Mengenai rencana impor, Arief menyampaikan bahwa impor masih lama dan Menurut arief pedagang masih mengandalkan produksi Lokal", tegas Arief

Harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang Sabtu (27/1/2018) terlihat turun Rp 25 hingga 575 perkg dibandingkan sehari sebelumnya. Beras Jenis IR64-II sebelumnya Rp 12.075, turun Rp 300 menjadi Rp 11.775 per/kg. Beras IR64-III semula Rp 8.900, turun Rp 250 menjadi Rp 8.650 per/kg. Beras IR64-I semula 12.650, turun Rp 175 menjadi Rp 12,475 per/kg. Beras Ketan Putih Biasa semula Rp 23.575 turun Rp 575 menjadi Rp 23.000 per/kg.

Sementara itu harga beras di beberapa pasar di wilayah DKI Jakarta juga mengalami penurunan. Sumber data www.infopangan.jakarta.go.id, harga beras IR42 pera Sabtu (27/1/2018) di Jakarta Pusat Rp 11.875 turun Rp 456 perkg dibandingkan hari sebelumnya, di Jakarta Timur Rp 11.467 turun Rp 318 per/kg. Beras IR64 Ramos di Jakarta Pusat Rp 10.660 turun Rp 750 perkg dan di Jakarta Selatan Rp 11.086 turun Rp 246 per/kg. 

Ketua DPD Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras (PERPADI) DKI Jakarta, Nellys Sukidi mengatakan “faktor mempengaruhi turunnya harga beras antara lain isu beras impor akan masuk dan sudah memasuki panen raya padi”. “Ini memasuki panen raya, sehingga harga beras tidak akan naik lagi’, lanjutnya. 

Nellys meminta “agar pada saat panen raya ini, BULOG merespon positif menyerap beras petani sebesar 60-70 persen dari target serap setahun”.

Sementara itu harga gabah di Sumatera Selatan turun Rp. 800. Kepala Dinas Pertanian Tanamn pangan dan Hortikultura Sumatera Selatan (Sumsel) Erwin Noor Wibowo mengaku petani di wilayahnya was-was dengan munculnya kebijakan impor beras 500 ribu ton dari negara tetangga. ‎Sebab gonjang-ganjing isu impor ini telah membuat harga gabah petani di Sumsel rontok hingga Rp 800 per/kg. 

"Pada saat awal-awal panen itu harga gabah di tingkat petani kita lumayan baik Rp 5200, tapi sekarang sudah cenderung menurun bahkan sudah sampai Rp 4400, turun 800" kata Erwin, Minggu (27/1/2018).

"Jujur saja isu impor beras ini sudah sangat pengaruhi karena petani kita ini sudah dengar di berbagai media, bahkan sudah teriak-teriak saat ini. Petani sudah habis-habisan produksi malah impor beras. Harapan mereka tolong lindungi petani," jelasnya.

Sumsel, lanjut Erwin, merupakan salah satu provinsi penyangga beras nasional dan berada di peringkat 5 nasional. " Sumsel pada Januari-Februari ini akan panen raya seluas 230 ribuan hektar sawah. Total produksi kami dari tahun ke tahun terus meningkat. Data kami Sumsel surplus 2,3 juta ton beras. Dengan konsumsi rata-rata penduduk ‎ 830 ribu ton, produksi kita 5,1 juta ton gabah, setara beras 3,1 juta hingga 3,2 juta ton. Surplus kurang lebih 2,3 juta ton," tambah dia.

Sebelumnya Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah Yuni Astuti, Rabu (24/1/2018) mengatakan Jawa Tengah memasuki panen raya padi Januari 2018 seluas 109 ribu hektar, Februari 2018 seluas 328 ribu hektar dan Maret seluas 293,6 ribu hektar. Harga Gabah di Jawa Tengah mulai turun 700, semula Rp 6000 dan kini menjadi Rp 5300 per/kg.

Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro menyampaikan harga gabah kering panen di petani Bojonegoro semula Rp 5800 dan kini turun 600 menjadi Rp 5200/kg. Harga gabah di Demak semula Rp 6300/kg turun 700. Di Kudus awal Januari Rp. 6000/kg turun Rp 500. Harga di Grobogan semula Rp 5700 perkg turun Rp 700 menjadi Rp 5.000 per/kg.(p/ma)